Cari Blog Ini

Minggu, 12 Juni 2011

Kisah Sukses Soichiro Honda



Soichiro Honda lahir tanggal 17 November 1906 di Iwatagun (kini Tenrryu City) yang terpencil di Shizuoka prefecture. Daerah Chubu di antara Tokyo, Kyoto, dan Nara di Pulau Honshu yang awalnya penuh tanaman teh yang rapi, yang disela-selanya ditanami arbei yang lezat. Namun kini daerah kelahiran Honda sudah ditelan Hamamatsu yaitu kota terbesar di provinsi itu.


Ayahnya bernama Gihei Honda seorang tukang besi yang beralih menjadi pengusaha bengkel sepeda, sedangkan ibunya bernama Mika, Soichiro anak sulung dari sembilan bersaudara, namun hanya empat yang berhasil mencapai umur dewasa. Yang lain meninggal semasa kanak-kanak akibat kekurangan obat dan juga akibat lingkungan yang kumuh.

Semua berawal dari Soichiro yang berumur 16 tahun, dan tak mau melanjutkan sekolah. Karena ia menganggap sekolah saat itu hanya membuang waktu. Ia hanya ingin mendalami tentang mesin mobil. Akhirnya, ayahnya yang mengerti betul tentang ambisinya mengenalkan kepada seorang teman di Tokyo bernama Kashiwabara, seorang direktur bengkel mobil bernama Art. Akhirnya pada bulan Maret 1922, Soichiro diantar ayahnya ke Tokyo untuk bekerja disana. Tapi bukan sebagai teknisi atau yang berhubungan dengan mesin, ia hanya sebagai pengasuh bayi. Bayi yang ia asuh adalah anak dari direktur bengkel Art.

Dari sanalah pengetahuannya tentang mesin berkembang. Ia mencuri-curi waktu pada saat bengkel tutup untuk sekedar melihat dan menganalisa mesin mobil. Apalagi ketika ia menemukan sebuah buku di perpustakaan, dan mengumpulkan uang gajinya hanya untuk menyewa buku tersebut. Buku yang pertama ia baca adalah Sistem Pembakaran Dalam.

Pada suatu hari, ketika Soichiro sedang mengepel lantai, ia diajak majikannya untuk membantu di bengkel, karena hari itu bengkel sedang sibuk. Dan disinilah ia menunjukkan kemampuannya membetulkan mesin mobil Ford model T yang dikeluarkan pada tahun 1908. Dengan pengetahuannya mencuri-curi waktu untuk sekedar mengintip mesin mobil dan ilmu yang ia dapat dari buku, akhirnya ia berhasil membuat takjub para teknisi lain.


Pada tahun 1934, Soichiro berencana membuat mobil sendiri. Bukan mengambil mesin mobil dari merek-merek terkenal di masa itu. Niat itu pun ia jalani dengan terlebih dahulu membuat ring piston. Di tahun 1935, tepat disamping bengkel Art ia membuat papan nama Pusat Penelitian Ring Piston Art.


Di tahun yang sama, Soichiro menikah dengan Sachi, seorang wanita berpendidikan. Kehadiran Sachi yang berpendidikan, bagi Soichiro yang tidak menjalani pendidikan formal menjadi sangat besar artinya. Sachi tidak hanya berperan sebagai istri, tapi juga guru yang mengajarkan tata krama dan ilmu-ilmu dasar. Tapi yang paling besar artinya adalah bagaimana Sachi mengerti tentang minat Soichiro pada bidang teknik.


Pada tahun 1938, Honda yang kala itu masih dalam keadaan miskin memiliki keinginan untuk mendesain ring piston yang dijual dan dibuat untuk Toyota Corporation. Ring piston buatan Soichiro selalu gagal, karena ia sama sekali tak mengerti masalah pencampuran logam. Karena ring piston buatannya selalu patah atau menggores dinding slinder. Akhirnya ia datang ke Sekolah Tinggi Hamamatsu jurusan mesin, dan diberitahu bahwa ada campuran lain yang diperlukan untuk membuat ring piston, diantaranya silikon. Dengan informasi yang ia terima, akhirnya ia punya tekad yang bulat untuk melanjutkan sekolah, walaupun saat itu Soichiro sudah berumur 28 tahun.

Setiap hari ia berangkat ke sekolah dan pada malam harinya ia mendesain sampai lengannya cacat. Sekalipun ia telah mengalokasikan dananya untuk riset pembuatan ring pistone tersebut, tapi ternyata semua itu belumlah cukup, sampai ia pernah menjual perhiasan istrinya.

Setelah bertahun-tahun akhirnya Honda berhasil mendesain pistone sesuai kriteria Toyota. Sayangnya, Toyota masih menolak.

Apakah Ia frustasi? Mungkin

Apakah Ia kecewa? Ya

Apakah Soichiro Honda menyerah begitu saja? Tidak.


Ia segera kembali ke sekolah untuk meminta komentar dosen dan teman2nya. kemudian ia meluangkan waktu 2 tahun guna menyempurnakan piston dan Toyota pun mau membeli.

Bengkel yang ia dirikan akhirnya berproduksi secara resmi pada tahun 1941 setelah ada investor dari Toyota. Pada tahun 1945, tepatnya setelah perang dunia ke-2, Jepang menjadi negara rendah karena kalah perang. Dan hidup Soichiro menjadi terlunta-lunta. Ia tak mengerjakan pekerjaan apapun saat itu. Tidak ada niat lagi untuk membangun pabrik, bahkan ia hanya ingin belajar bermain suling saat itu.


Di masa setelah perang, dimana benda-benda masih sangat langka, justru industri tekstil berkembang sangat pesat saat itu. Kabarnya, orang-orang yang mempunyai mesin tenun, sekali menggerakkan mesinnya, ia bisa mendapatkan 10 ribu yen. Dan saat itu Soichiro berfikir bagaimana membuat mesin tenun yang lebih canggih dari yang ada saat itu. Ia pun mendirikan pabrik pembuatan mesin tenun.

Pada saat perang, Amerika membom Jepang dan mengenai pabrik. Sebagian fasilitas pabrikasi terkena. Ia memerintahkan karyawan yang ada agar berhati-hati dan keluar dari pabrik. Ia berseru, "LIha pesawat. Mereka membuang kaleng bahan bakar. Carilah semua kaleng, sebab diperlukan dalam proses pabrikasi."

Di sinilah Soichiro Honda berusaha mendayagunakan apa saja yang tersedia di bumi, sekalipun kaleng bekas.


Ia berhasil menghadapi rintangan. Namun gempa bumi menerpa pabrik. Honda akhirnya menjual pabrik piston kepada Toyota.


Setelah perang, Jepang kekurangan bahan bakar. Soichiro Honda tidak dapat mengendarai mobil. Akhirnya, Ia memasang motor kecil di sepeda. Banyak tetangga yang meminta sepedanya diubah menjadi motor. Sejak itu, ia tertarik mendirikan pabrik motor, namun ia tidak punya modal.

Apakah kali ini dia menyerah?

wekekeke.. bukan Soichiro Honda namanya kalo menyerah, dan Ia pun membuat keputusan yang pada akhirnya merumuskan tujuan.

Ia lantas menyurati 18.000 pemilik toko sepeda. Ia menyodorkan penemuan baru dan berhasil menarik simpati 5.000 pemilik toko yang bersedia memberinya modal. Tapi ternyata sepeda motornya masih belum terjual laris, sebab terlalu besar. Oleh karena itu, ia merampingkan dan mengubah menjadi The Super Cub. Akhirnya ia sukses dan mendapatkan penghargaan Emperor's Award dari Pemerintah Jepang.

humm.. sebuah kisah nyata yang patut menjadi bahan perenungan bagi kita yang memiliki impian untuk meraih kesuksesan di masa depan.

~Tak ada alasan untuk tidak sukses~ (coco)


Yap... setiap orang pada dasarnya menginginkan kesuksesan, tapi seringkali usaha meraih kesuksesan tersebut dibatasi oleh alasan-alasan yang sebenarnya kita buat sendiri. Berapa banyak orang yang gagal dan berhenti bermimpi hanya karena mereka membuat alasan ketika mereka gagal?

Jika alasan anda karena faktor finansial, Humm... lihat kembali Soichiro Honda yang berasal dari kalangan bawah dan kadang tidak memiliki modal ketika ingin membangun pabrik. Apakah ia menyerah dengan keterbatasan modal?

Jika alasan anda karena keterbatasan pendidikan, lihat seorang Soichiro Honda yang tidak pernah bisa mendapat gelar Insinyur.

Jika alasan anda hanya seputar IQ, hooo.. seandainya saja anda tahu jika pada masa kecil, Soichiro Honda kerap mendapatkan nilai2 jelek di sekolahnya.

atau,

Jika alasan anda untuk tidak sukses adalah masalah kesehatan... humm.. renungkan pula fisik Soichiro yang lemah dan sering sakit-sakitan. tapi sedikitpun kekurangannya tersebut dijadikan alasan untuk tidak sukses. Bahkan Ia sukses dengan segala kekurangan yang dia miliki.


Soichiro Honda memiliki impian-impian hebat dalam dirinya yang kemudian menggiringnya ke arah kesuksesan.

Ia adalah salah satu contoh sukses yang berhasil memadukan antara :

Impian,

Ketekunan,

dan jiwa yang Pantang menyerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar